Selasa, 25 Oktober 2016

Daerah Sejuta Cerita

Sebagai daerah titik awal mulanya bangsa Indonesia, Aceh memiliki hamparan laut yang luas dilengkapi dengan pemandangan bawah laut yang sangat memukau. Kekayaan dan keanekaragaman budaya dan pesona keindahan alam lainnya tak kalah dalam memanjakan mata siapapun yang memandang. Namun, dibalik keindahan alamnya, letak Aceh yang strategis menjadikannya pusat perdagangan dan pembelajaran Islam.

Hingga pada suatu waktu, ada seorang ulama tua yang berasal dari Arab hanyut dari laut dan terdampar ke Pulau Beras (bagian dari Pulo Aceh). Sebagai sarana pengembangan agama Islam, maka diciptakanlah suatu kesenian sebagai wadah pertemuan. Karena kesenian ini memiliki banyak gerakan maka disebutlah tari likok dan dikarenakan berasal dari Pulo Aceh kesenian ini lebih dikenal dengan Tari Likok Pulo.

Tarian ini digolongkan sebagai tari hiburan yang lazim diadakan di malam hari setelah panen atau pada perayaan-perayaan lainnya. Dalam proses memainkannya, penari menggunakan sepotong kayu yang berlubang di tengahnya yang diadu satu sama lainnya agar menghasilkan bunyi sesuai dengan irama dan tempo lagu. Kayu ini dinamakan dengan bruek likok atau boh likok. Selain sebagai sarana penyebaran syariat Islam, kesenian ini juga dapat melatih keterampilan, meingkatkan kegotongroyongan, dan melatih ketangkasan dan kesabaran.

Tari Likok Pulo
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=OY0oRmRsM5k

Kita tinggalkan Pulo Aceh untuk sementara waktu dan terbang ke ibu kota, yaitu Banda Aceh. Bangunan seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini adalah salah satu bukti kecintaan sultan Aceh yang pada masa kecilnya dikenal dengan Perkasa Alam, yaitu Sultan Iskandar Muda. Ia tumbuh besar di istana dengan mendapatkan pendidikan yang sangat baik, sehingga pada masanya, Aceh Darussalam dikenal sebagai pusat pengetahuan dan pembelajaran di Asia Tenggara. Ia pula terikat hatinya pada putri mahkota Pahang, yaitu Putri Kamaliah (Putroe Phang).

Kisahnya putri tersebut merasa kesepian dan rindu akan kampung halamannya. Sebagai seorang sultan dan juga suami yang romantis, Sultan Iskandar Muda membangun sebuah bangunan persegi enam seperti kelopak bunga yang membungkus sebatang tiang mahkota. Bangunan ini dikenal dengan Gunongan. Ini semua dilakukan sultan untuk mengobati rasa kangen Putroe Phang terhadap kampung halamannya di Pahang, Malaysia. Sungguh bahagia sang putri, mendapatkan persembahan cinta dari sang sultan. Ia pun terlena dan bermain dengan dayang-dayangnya di sekeliling Gunongan tersebut.

Gunongan
Sumber : www.viajoscopio.com
Itulah dua di antara sekian banyaknya cerita yang dimiliki Aceh. Keep reading guys!

Kunjungi juga :

www.disbudpar.acehprov.go.id
www.acehtourism.travel

Senin, 24 Oktober 2016

Gampong Nusa, gampong idaman!

Siapa yang tidak takjub dengan desa (aceh: gampong) yang satu ini. Ya, itulah Gampong Nusa yang terletak di kecamatan Lhoknga, kabuoaten Aceh Besar. Kesadaran masyarakatnya akan tuntutan zaman yang inovatif dan kreatif membuat mereka harus berputar otak untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Kini, berkat perjuangan mereka bersama Gampong Nusa mulai dikenal dengan ekowisatanya. Bagaimana tidak, gampongnya yang bersih dan dikelilingi sawah membuat suasana menjadi sejuk, ditambah pemandangan pegunungan yang membuat mata tak ingin berhenti memandang keindahan alamnya. Gampong ini juga menyediakan tempar beristirahat sementara atau home stay bagi siapapun yang berkunjung ke Aceh terutama ke Gampong Nusa.



Tidak hanya itu, gampong yang satu ini juga memiliki event yang dilaksanakan langsung di gampong tersebut dalam kurun waktu tertentu. Ia adalah Nusa Festival. Untuk tahun ini, Nusa Festival 2016 dengan serangkaian kegiatan inisiatif dan kreatif dari masyarakat mengangkat tema “The Power of Village”. Kegiatan ini berlangsung sejak 16 – 29 Oktober 2016, yang mana kegiatannya meliputi Nusa award, Nusa berkemah, Nusa karnaval, Nusa Green action, Nusa dan Kearifan Lokal, permainan tradisional, dan lain sebagainya.



Nusa dan kearifan local merupakan salah satu kegiatan yang penulis ikuti. Kegiatan ini berupa lomba dalam mengkreasikan daun kelapa menjadi barang yang berguna seperti tempat menjemur belimbing sayur dan tempat untuk menaruh belanga, dalam bahasa Aceh ini disebut bleut dan rangkan.


Sumber gambar: Instagram @gampongnusaku @rubama_nusa

Kunjungi juga :
www.disbudpar.acehprov.go.id
www.acehtourism.travel

Minggu, 09 Oktober 2016

Aceh Juaranya Kuliner

Siapa yang tidak kenal dengan orang Aceh. Lidahnya yang sangat bersahabat dengan  asam dan pedas membuat masakan Aceh dikenal dengan makanan yang memiliki rasa yang dapat menggoyangkan lidah. Bagaimana tidak, bahan yang digunakan dalam masakannya kaya akan rempah-rempah dan bahan-bahan lainnya seperti ketumbar gonseng (aweuh), belimbing wuluh yang dikeringkan dan digaramkan (boh sunti), lengkuas, kemiri, dan kelapa gonseng (u neulheu).

Sie reuboh

Nah, gambar di atas merupakan salah satu kuliner khas yang berasal dari Aceh Besar. Makanan berbahan dasar ini daging sapi ini dikenal dengan "sie reuboh" (daging rebus). Tidak hanya daging, lemak (gapah) pun diikutkan dalam masakan ini sehingga menambah cita ras yang sangat nikmat. Penggunaan cuka dalam proses pembuatannya pun membuat masakan ini memiliki rasa asam yang khas. Selain Sie Reuboh, Aceh juga memiliki kuliner lainnya yang juga kaya rempah seperti yang satu ini.

Sie Manok Asam Keueung
Sie manok asam keueung. Kuliner ini juga makanan khas Aceh yang tidak kalah rasa rempah-rempahnya yang begitu menonjol. Penggunaan kelapa gonseng dan daun kari (oen teumurui) membuat makanan ini memiliki aroma yang sangat khas dan menggugah selera. Rasanya? Tidak diragukan lagi. Lezat tiada tara. Bagi kalian yang cinta dengan rasa pedas dan asam, kuliner Aceh pilihannya! Dan jangan heran jika kuliner ini menjadi incaran para wisatawan yang berkunjung ke Aceh.


Cukup dulu cuplikan kuliner Acehnya kali ini. Akan diupdate terus kok kuliner-kuliner lainnya. :D

Kunjungi juga :
www.disbudpar.acehprov.go.id
www.acehtourism.travel

Ketenangan Menjadi Kenangan


Inilah awal mula (hulu) dari Krueng Raba yang ada di Lhoknga. Lokasi yang menyimpan sejuta daya tarik ini berada di pedalaman hutan sehingga membutuhkan sedikit perjuangan untuk mencapainya. Lebih dari empat kilometer dari jalan nasional kita akan melewati jalanan yang masih alami alias penuh dengan bebatuan dan ini membuat siapapun yang berkunjung ke lokasi seolah-olah menikmati petualangan.

Kelelahan yang ditempuh dalam perjalanan terbayar semuanya oleh keindahan yang dipancarkan air yang berwarna hijau. Suara air yang mengalir dan kicauan burung yang bersahutan menambah ketenangan selama berada di lokasi yang berbentuk danau kecil ini.



Berbeda dengan sungai pada umumnya, air yang mengalir di Pucok Krueng ini berwarna hijau. Ditambah lagi pesona tebing batu kapur yang berwarna putih dan pepohonan hijau di sekelilingnya membuat mereka yang berkunjung betah untuk berlama-lama di sini. Siapapun yang berkunjung dapat menikmati setiap sudut lokasi wisata ini sehingga akan membawa pulang kenangan yang sulit untuk dilupakan.

Jangan lupa berkunjung ke Aceh dan jangan lupa bahagia ya!